Friday, January 28, 2011

Layakkah kita???


Ibaratknlah dunia ini sprti hmparan sehelai sejadah....tidak layak sesekali untuk kita melakukan prkara2 yg buruk ketika berada di atasnya....ini kerana sejadah merupakan hmparan yg dianggap suci kerana di atasnyalah kita menunaikan solat serta melakukan ibadat2 lain sperti brzikir dan mmbaca al Quran...merupakan satu pnghinaan sekiranya kita melakukan mksiat di atasnya....bgitulah juga dgn dunia yg dihuni oleh kita kini, ia mrupakan satu tmpat yg telah dianugerahkan oleh Allah SWT kpd kita agar digunakannya utk melakukan ibadat serta mengabdikan diri kita kpd Allah....oleh itu, ia juga mrupakan satu pnghinaan skiranya kita menggunakan ksempatan hidup di dunia ini bg melakukan prkara2 buruk yg hnya brtujuan bg memuaskan nafsu kita....prbuatan kita itu jelas mnyalahi fitrah kejadian dunia ini....ingatlah kembali tjuan asal kita dicipta utk hidup di dunia ini.... bknkah utk bribadah kpd Allah??...bknkah bg mngabdikan diri kpdNya??... sama2lah kita rnung2kn betapa kita tlh lupa diri srta lupa akan asal-usul kita...bknkah kita hnya berasal drpd stitis air mani yg bgitu hina, srta drpd tnah yg sntiasa dipijak2...layakkah kita utk menyombongkan diri dgn mkhluk2 Allah yg lain???...layakkah kita utk menyombongkan diri dgn Allah i2 sndiri???   

Thursday, January 27, 2011

Dialog Rasulullah SAW dgn iblis Laknatullah


Dialog Iblis vs Rasulullah SAW


Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah SAW untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah SAW. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras." 

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah SAW. Maka sambut Iblis (alaihi laknat), 

"Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?" Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam A.S sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. 

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?" 

Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya." 

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu." 

Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku. 


Pertanyaan Nabi (1):
"Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?" 

Jawab Iblis:
"Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini." 

Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. 

Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku." 

Pertanyaan Nabi (2):
"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?" 

Jawab Iblis:
"Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. 

Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. 

Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat." 

Pertanyaan Nabi (3):

"Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?" 

Jawab Iblis:
"Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya. 

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka. 

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat. 

Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain aripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut. 

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut." 

Pertanyaan Nabi (4):

"Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?" 

Jawab Iblis:
"Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku" 

Pertanyaan Nabi (5):

"Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?" 

Jawab Iblis:
"Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. 

Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman." 

Pertanyaan Nabi (6):
"Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?" 

Jawab Iblis:
"Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya." 

Pertanyaan Nabi (7):
"Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?" 

Jawab Iblis:
"Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya." 

Pertanyaan Nabi (8):
"Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?" 

Jawab Iblis:
"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa." 

Pertanyaan Nabi (9):
"Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?" 

Jawab Iblis:
"Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk." 

Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu. 

Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'. 

Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid." 

Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya." 

Pertanyaan Nabi (10):
"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?" 

Jawab Iblis:
"Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat." Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat.

Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur." 

Pertanyaan Nabi (11):
"Siapa yang serupa dengan engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam." 

Pertanyaan Nabi (12):
"Siapa yang mencahayakan muka engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji." 

Pertanyaan Nabi (13):
"Apakah rahasia engkau kepada umatku?" 

Jawab Iblis:
"Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari." 

Pertanyaan Nabi (14):
"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?" 

Jawab Iblis:
"Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang." 

Pertanyaan Nabi (15):
"Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?" 

Jawab Iblis:
"Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya." 

Pertanyaan Nabi (16):
"Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?" 

Jawab Iblis:
Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri,bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu." 

Pertanyaan Nabi (17):
"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat." 

Pertanyaan Nabi (18):
"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam." 

Pertanyaan Nabi (19):
"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya" 

Pertanyaan Nabi (20):
"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'" 


Semoga Bermanfaat..........

buat yg bercouple...


Naim pelajar tingkatan 5 di sebuah Sekolah Menengah Agama Persekutuan. Dia seorang yang tinggi ilmu agama dan mempunyai politik yang agak stabil di sekolah apatah lagi dengan thiqahnya yang tinggi. Apabila ustaz tiada di antara magrib dan Isyak, dia akan ke hadapan. Sama ada memberi tazkirah atau mengepalai bacaan Al-Mathurat. Pergaulan dengan perempuan dijaga dengan begitu sempurna, jika mesyuarat terpaksa bercampur lelaki dan perempuan, sama sekali dia tidak akan mengangkat pandangannya.

Semua orang menghormatinya, baik yang junior mahupun senior, baik yang laki-laki mahupun perempuan. Jika ada senior yang tengah membuli junior, jika Naim ada di tempat kejadian, proses buli itu akan bertukar menjadi majlis maaf-bermaafan. Inilah ‘kuasa’ Naim di sekolahnya.

Dia menjadi contoh teladan bagi setiap pelajar sekolahnya. Setiap mata-mata yang wujud di sekolah itu selalu memerhatikan pergerakannya dan mengambilnya sebagai contoh kehidupan yang paling sempurna. Dek kerana mengetahui banyak mata memerhatikannya, dia betul-betul menjaga akhlaknya. Bukan kerana manusia tetapi kerana Allah. Niatnya hanya satu, supaya Islam itu terpancar dari dirinya. Hebatnya dia dalam menjaga akhlaknya, tidak ada seorang pun di dalam sekolahnya melainkan teman sebiliknya yang pernah melihat kulit badannya walaupun dia seringkali bermandi-manda di kolah berhampiran dengan surau.

Sudah pasti, ramai perempuan yang menggilainya walaupun dia tidak mengetahui hal itu. Di hadapannya semua baik, tunduk dengan penuh tawaduknya tapi berlalunya Naim dari tempat itu,mula lah mulut mereka bergerak memuji dan mengumpat tentang Naim. Bukan sahaja pelajar biasa yang meminati Naim tapi ada juga pelajar-pelajar perempuan yang memegang tampuk kepimpinan sekolah yang meminatinya, cuma tidak disuarakan, bimbang ditegur dan yang paling mereka takuti,takut cinta mereka ditolak. Tambahan pula Naim banyak kali mengingatkan pelajar-pelajar supaya menjauhi zina hati, zina yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasa tatkala dia memberi tazkirah.



Namun, hatta Nabi Sulaiman yang menjadi raja dunia itupun diuji Allah, inikan pula seorang pelajar sekolah agama yang ilmu agamanya masih bertatih, bahasa arabnya masih merangkak-rangkak. Dia diuji dengan kehadiran seorang pelajar perempuan yang baru pindah ke sekolahnya. Namanya Nisa, Khairun Nisa.Orangnya putih,bertahi lalat di pipi sebelah kanan sedangkan Naim di sebelah kiri.
“Ana Khairun Nisa, sila beri tunjuk ajar.” Nisa memperkenalkan dirinya.

Dalam mahu yang bercampur dengan iman di dalam hatinya, Naim melihat Nisa dengan sipi-sipi matanya sahaja. Ingin dia merenung Nisa dengan lebih tajam tapi iman di dadanya masih kukuh bak tembok besar cina.

“Cantiknya,” hati Naim bermonolog.

Tidak sampai sekelip matapun,imannya menampar hatinya. Dia terus sedar dari diulik oleh syaitan dan lantas dia beristighfar, memohon ampun daripada Tuhan dek kerana melakukan zina, zina hati. Ingin sahaja matanya mengeluarkan bintik-bintik mutiara tanda sesalnya dia akan dosanya namun selaput kaca di matanya masih tebal. Mungkin penyesalannya masih belum kuat untuk memecahkan selaput kaca itu.

Saat berganti saat, hari berganti hari, Nisa pun terpilih untuk menjadi salah seorang AJK Surau sekolah dek kerana dia asyik ke surau berbanding dengan pelajar-pelajar yang lain. Subuhnya di surau, Dhuhanya di surau,Zohornya di surau, Asar, Magrib dan Isyaknya di surau. Seringkali Naim terdengar suara wanita sedang membaca Al-Quran di balik tabir biru yang memisahkan lelaki dan perempuan, ingin dia mengintai siapakah gerangan hamba Allah itu tapi iman masih tebal menyelaput hati nafsunya. Ditakdirkan Allah,suatu hari dia ternampak Nisa masuk ke surau perempuan, maka tahulah dia bahawa suara perempuan yang didengar selama ini ialah suara Nisa.

Sedang dia sedang bersendirian berdoa selepas solat sunat Dhuha,dia terdengar satu suara perempuan meminta tolong dari balik tabir.Suara perempuan itu sayup-sayup.

 Imannya bersuara.
“Ish..Nak tolong ke tak..Kalo aku masok belah pompuan,bukanke khalwat..ye la,mane ade orang…aku dan die je..takley,aku mesti bagitau ustaz hal ni,biar ustaz tolong..”

Tapi 1 tetap kalah kepada 2. Imannya kalah dengan nafsu dan syaitan yang menggodanya.

 Akal mula campur tangan.
“Kalo aku tak tolong,maybe…em…aku intai dulu la,kalo serius aku tolong segera kalo tak,aku lapor kat ustaz,”

Tabir biru itupun diselaknya dan dia mendapati jari Nisa terkepit di almari Quran. Walaupun sakit, Nisa tetap menahannya,bimbang maruahnya jatuh di hadapan seorang ketua badan Agama sekolahnya. Dan ketika itulah makhluk durjana yang bernama syaitan mula mengambil peranan. Disuntiknya bius-bius dosa ke dalam hati Naim supaya Naim tidak terasa melakukan dosa.

 Imannya bersuara.
“Em..Aku kene lapor kat ustat ke?Patot ke aku tolong?Bley ke aku pegang tangan die?Dose..”

 Akal yang dibalut dengan nafsunya membuat pertimbangan.
“Ah,darurat,darurat.Even babi pun boleh makan kalo darurat.”

 Hatinya membuat keputusan sambil disahkan oleh Syaitan.
“Betul juga,ok,aku tolong.”

 Dia memberi arahan kepada Nisa.
“Er,Nisa tahan ek,kejap saya tarik pintu almari ni.”

 Suara Nisa bagaikan bunyi ikan bersuara,entah dengar,entah tidak.
“…ok…”

Pintu almari berjaya dibuka, jari Nisa terlepas dari kepitan almari. Merah bak biji saga jarinya, hampir-hampir saja berdarah tapi kulitnya masih kuat menahan segala isi cecair daripada keluar. Tiba-tiba, Naim tanpa berfikir panjang memegang jari Nisa. Niatnya hanya satu,ingin melihat keadaan jari Nisa. Tapi dengan pantas Nisa menariknya dan berlari turun daripada surau dan menuju ke kelas.

 Dia berdoa, menangis menyesal dosa yang baru sahaja dibuatnya sebentar tadi.
“Ya Allah,apa aku telah buat ni…Aku bukan sengaja melakukannya Ya Allah..Ampunilah aku..”

Habis sahaja air matanya kering, hatinya diketuk dengan pelbagai soalan. Bukan soalan agama tetapi soal maruah dan Thiqahnya. Bagaimana jika Nisa menceritakan hal tadi kepada kawan-kawannya? Bagaimana kalau cerita itu bocor kepada junior-juniornya? Kalau ustaz dapat tahu, pasti dia akan dilucutkan dari segala jawatan yang disandangnya sekarang. Dia akan dicemuh dan dihina. Dia tidak akan dapat peluang ke depan lagi sewaktu ketiadaan ustaz. Dia bimbang bercampur keliru.

Lamunannya tersentak apabila satu suara memberi salam untuk masuk ke surau. Peluh-peluh resah dan gelisah mengalir di pipi kanannya, dia masih di dalam bahagian surau wanita. Apa yang harus dijawab jika ditanya. Ya,menipu. Menipu adalah jalan penyelesaian yang terbaik buatnya sekarang. Lagipun dia cam suara itu,itu suara Khairul, teman sebiliknya. Baginya tidaklah berdosa menipu teman sebilik yang akrab dengannya.


“Eh,Im.Ape ko wat lam surau pompuan tu?”
Soal Khairul, kelihatan di mukanya perasaan ingin tahu.
“Eh,takde ape-ape la.Aku just check samada quran cukup tak belah pompuan.”jawab Naim.
“Owh,baguslah wat kerja baik atas rumah Allah ni.Insya Allah ko dapat pahala,taknak share ngan aku?”gurau Khairul.

Gurauan yang pada dasarnya kelihatan seperti satu lawak bodoh tetapi ada perkataan-perkataan yang menghantui fikiran Naim iaitu ‘RUMAH ALLAH’.

Ya,di atas rumah Allah inilah Naim melakukan maksiat.

Di atas rumah Allah inilah Naim menipu.

Semuanya di atas rumah ini, rumah kepunyaan Tuan segala tuan.

Tiba-tiba dia menangis tetapi bukanlah menangis seperti anak kecil menangis. Hanya air mata sahaja mengalir di atas pipinya yang sedikit cengkung. Khairul terkejut melihat Naim menangis dan bertanya sebab Naim menangis tetapi Naim hanya berdiam. Khairul membuat andaian sendiri, pada pendapatnya mungkin Naim menangis kerana bertaubat. Lantas perasaan cemburu mula menguasai dirinya.Inilah dia tanda orang beriman,pantang melihat orang lebih dekat dengan Kecintaan nya,pasti dia cemburu.

“Eh Im,kelas da nak start. Jom!”Ajak Khairul.

“Ok,”balas Naim.

Pelajarannya selepas waktu rehat tadi tiada makna. Sepatah kata yang keluar dari mulut cikgu-cikgunya tidak satupun diingati atau diberi perhatian. Matanya tajam memandang ke arah papan hijau di hadapan kelas tetapi fikiran jauh ke laut mencari ketenangan. Jasadnya wujud tapi ruh akalnya tiada. Bukan sibuk memikirkan penyelesaian tetapi sibuk mencari masalah-masalah yang akan timbul jika cerita tadi diketahui umum.

Rupa-rupanya, bukan Naim sahaja yang berjasad tanpa akal, begitu juga dengan Nisa. Cuma ada kelainannya. Nisa sama sekali tidak bimbang tentang nasibnya jika cerita itu bocor atau ada mata yang terpandang peristiwa tadi tetapi kepalanya sibuk memikirkan tentang Naim. Kedudukannya di dalam kelas menyebabkan matanya tidak berkelip memandang Naim dari belakang. Baginya, alangkah bertuah sesiapa yang dapat menawan hati Naim. Kesopanan dan kebaikan yang ditunjukkan oleh Naim sebentar tadi, betul-betul memikat hati suci si gadis ini. Begitulah nasib si Abid tanpa Ilmu. Pantang ditiup angin, pasti dia rebah.

Tangan mula mengambil peranan, diambilnya pen merah jambu kesukaannya dan diambil sehelai kertas memo yang berada di dalam laci mejanya. Sepucuk surat ditulis sebagai tanda terima kasih buat si jejaka budiman. Surat sahaja tidak cukup, dibelinya sekotak air laici yang berharga 80sen dengan duit seringgit. Bakinya dibeli sebatang choki-choki,juga sebagai hadiah.

Seperti kebiasaannya, Naim datang ke kelas seawal mungkin. Selesai sahaja solat Zohor berjemaah dan makan di dewan makan, tanpa menyalin pakaian,dia terus ke kelas. Baginya masa itu emas dan tidak boleh dibazirkan walaupun sesaat.Masih banyak pelajaran tingkatan 4 dan tingkatan 5 yang belum dikuasainya.Tabiatnya ini menjadi ikutan sesetangah pelajar yang lain.Pabila dia melangkah kaki ke dalam kelas,alangkah terkejutnya dia apabila dia melihat sepucuk kertas yang dilipat 2 dan ditindih dengan sekotak air laici dan sebatang choki-choki.

Isi suratnya:

Salam..

Terima kasih kerana tolong ana..

Kalau anta takde tadi,tatau la macamana ana nak buat..

Jangan bimbang,ana tidak akan membocorkan hal tadi kepada orang lain..

Ukhwah Fillah,

Nisa’

Sambil menghirup air laici dalam kotak itu, dia tersenyum. Dengan mengoyak plastik depan choki-choki, dia membetulkan kerusinya, mempersiapkan dirinya untuk menulis surat balas kepada Nisa. Sebaik sahaja pen nya ingin menyentuh dada kertas putih berbelang biru itu, dia terfikir alangkah bagusnya kalau dia mempunyai pen berwarna-warni supaya Nisa tidak jemu membacanya. Mata hitamnya terpandang bekas pensil kawan di hadapannya. Tidak pernah dia menyentuh barang orang lain tanpa izin tapi kali ini tidak lagi. Entah kawannya bagi atau tidak,dia terus menggunanya atas alasan yang sangat biasa,“standardla,kawan..” Maka bermulalah kisah cinta Naim,Si Budak Agama. Balas dia:

Salam,

Terima kasih atas minuman dan makanan yang saudari bagi,

Ana tidak buat apa-apa melainkan untuk menolong insan dalam kesusahan,

Bukankah Islam menyuruh kita menolong orang dalam kesusahan?

Moga Allah meredhaai kita,

Dan,salam perkenalan.Ana Naim.

Naim
Diselitnya surat ini ke dalam buku latihan Nisa’ dengan harapan yang membulat. Maka, Naim dan Nisa mula berbalasan surat.Walaupun pada awalnya,kedua-dua merasa kekok dek kerana dua-dua mempunyai tapak agama yang boleh dikatakan kukuh. Ada juga Nisa bertanya di dalam suratnya,  Pening juga Naim dibuatnya namun disejukkan hatinya dan hati Nisa dengan jawapan,
“Kita berbalas surat ni,tak salah ke di sisi Islam?”
“Takpe,kita dating tak pernah. Bertentangan mata jarang sekali. Kita Ukhwah Fillah.Kita berhubungan inipun semata-mata kerana Allah.Kita niat untuk berkahwin,bukan untuk buat maksiat.”

Nisa membalas,
“bagaimana pula dengan zina hati?”
Lalu Naim membalas,
“mana ada zina hati. Zina hati tu ulamak yang buat dengan tujuan umat Islam tidak mendekati zina. Rasulullah tak kata pun. Lagipun cinta ini fitrah, masakan Allah zalim mengharamkan apa-apa fitrah manusia?”
Hilang sudah prinsip yang dipegangnya selama ini.

Walaupun Nisa tidak berpuas hati dengan jawapan Naim,namun dek kerana cintanya dia kepada Naim,di’iya’kan sahaja ‘fatwa’ kekasihnya itu.

Naim dapat mengesan rasa sangsi kekasih hatinya melalui gaya bahasa dan cara penulisan yang agak sedikit berbeda ,lalu dia membalas,  Terdiam Nisa’ membaca ‘fatwa’ baru buah hatinya itu. Ingin dia membantah tetapi bimbang dianggap meragui Quran. Mindsetnya yang mengatakan buah hatinya mempunyai ilmu setinggi langit itu menyebabkan dia semakin yakin dengan ‘fatwa-fatwa’ itu.
“Nisa’,bukankah Allah berfirman bahawa perempuan baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik?Ana yakin anti baik dan ana pun yakin yang anti rasa ana baik. Tidak sekali Allah kata isteri yang baik untuk suami yang baik tetapi Allah kata perempuan dan lelaki bermakna belum berkahwin pun takpa. Anti meragui Quran?”

Thiqah bukanlah kerja manusia. Pengaruh bukanlah kawalan manusia. Hati manusia tidak boleh dibeli dengan mata wang, kesetian tidak boleh diperdangkan dengan kemewahan. Semuanya hak mutlak Allah,Tuhan yang membolak balikkan hati manusia. Jika Dia menghendaki seseorang itu mulia, maka mulialah orang itu walaupun pada awalnya dia hanya seorang anak yatim piatu. Jika Dia menghendaki seseorang itu hina, maka hinalah orang itu di atas tahtanya sendiri. Semuanya bukan dengan tiba-tiba tetapi ada syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Nya yang diberi nama Sunnatullah.

Kepercayaan manusia terhadap seseorang itu akan datang bila dia mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kesetiaan seseorang terhadapnya menjadi lebih solid pabila dia menyempurnakan apa yang dilafaznya.Inilah hukum yang ditetapkan Ilahi.

Makin hari, pengaruh Naim semakin jatuh. Kawan-kawan dan junior-juniornya semakin bosan dengannya. Sebab? Tiada. Jelas sekali soal hati, Dia yang punya. Hidup Naim juga menjadi tidak tentu hala. Dulu dia berbaju ketika mandi di kolah,kini tidak lagi. Pertimbangan akal menjadi semakin kurang,mungkin terlampau tebal kabus dosa yang menutupi hatinya.thiqahnya kian jatuh. Terkadang dia dimarahi oleh cikgu-cikgu kerana prestasinya yang kian merosot.

Dia merasakan tekanan semakin bertambah.Tiada lagi sakinah yang dianugerahkan kepadanya dulu. Tiada lagi senyuman tatkala kesusahan. Tiada lagi nasihat-nasihat penenang yang mampu diberi pabila adik-adik datang meminta nasihat.

Jika dulu dia mampu mengambil tugasan luar walaupun ketika peperiksaan bulanan dijalankan, kini tidak lagi. Bukan peperiksaan pun dia tidak dapat mengatur masa dengan baik. 24 jam baginya tidak cukup. Masa untuk dia belajar, masa untuk dia berpersatuan dan masa untuk Nisa. Pernah dia berdoa meminta diberi 1 jam lebih tapi dia tidak sedar bahawa jika dia diberi 100 jam lebih pun, pasti tidak mencukupi.

Khairul merasa hairan dengan perubahan sikap kawan sebiliknya itu. Kadang-kadang tersenyum seorang diri,kadang-kadang masam dan kadang-kadang seperti bercakap seorang diri. Naim seakan-akan gila. Betul Naim gila,gila bayang. Panahan syaitan benar-benar telah menusuk ke dalam hatinya, membuat satu lohong iman di dalam hatinya. Khairul cuba bertanya mengapa dia seakan-akan berubah tapi dimarahnya Khairul,  

“kubur lain-lain,syurga lain-lain,neraka pun lain-lain!”

“Betul,sebab lain-lain la aku nak tanya ko.Mane la taw ko ade masalah,bimbang takut di sana pun ko ade masalah.”Ujar Khairul.

“Ko taw kan firman Allah, kuu anfusakum wa ahli kum naara?”Soal Naim.

“jagalah diri kamu dan ahli keluarga mu daripada api neraka..jadi?”Jawab Khairul.

“Jadi?!Aku ahli keluarga kau ke?!”Marah Naim lagi.

Khairul terdiam sedar bahawa ilmunya tidaklah setanding dengan Naim. Perasaan kesal timbul dalam hatinya atas tindakan sahabatnya sebentar tadi. Namun,atas dasar silatur rahmi kerana Allah,dia nekad untuk mengetahui punca Naim berubah. Baginya pokok tidak akan bergoyang jika beruk tiada di dalamnya. Walaubagaimanapun,Khairul tidaklah selicik Naim, dia buntu apabila memikirkan adakah tindakannya selari dengan Islam atau berserenjang dengan Islam. Lalu disampaikan isi hatinya kepada Ustaz Faidi, Mentornya.

“Er Ustaz,saya ada masalah nak bincang dengan ustaz.”Bagitahu Khairul.

“Ma?”Soal Ustaz balik.

“Ustaz,saya bimbang dengan Naim,teman sebilik saya. Perangainya seperti sudah berubah. Dia macam bukan dia..Er, tataw nak terang macamana..”Terang Khairul.

“Na’am,ana pun perasan perubahan pada Naim. Dia dah bukan macam dia yang dulu. Banyak perubahannya.”Tambah Ustaz.

“Saya rasa,ada yang disembunyikan olehnya Ustaz dan saya rasa,ada baiknya saya menyiasat..Bolehkah ustaz?”Soal Khairul.

“Dalam Islam,mengintai mencari kesalahan orang ini diistilahkan sebagai Al-Tajassus. Hukumnya asalnya haram tapi boleh berubah menjadi harus pabila diperlukan. Dan dalam keadaan ni,hukumnya harus.”Terang ustaz.

Penyiasatan bermula dan penyiasatan Khairul bertemu dengan jalan buntu.Tiada sebarang benda buruk yang dilakukan Naim.Namun, pabila Allah menghendaki yang gelap menjadi terang,dihilangkan bintang dan diganti dengan matahari. Sepandai-pandai tupai melompat,akhirnya jatuh juga ke tanah.Akhirnya surat yang disimpan selama ini dijumpai oleh Khairul ketika dia sedang membersihkan surau. Rupa-rupanya,surat-surat yang dihantar oleh Nisa’,selama ini disimpan di balik almari al-quran di hadapan tempat imam solat.Terkesima Khairul dibuatnya apatah lagi ketika membaca perkataan-perkataan yang telah berlaku evolusi,daripada ‘ana’, ‘anti’, kini ‘sayang’, ‘ayang’.Daripada ‘ukhwah Fillah’ kini ‘I luv U’.

Khairul tidak salah lagi,surat itu kepunyaan Naim. Tertera nama Naim di atas belah kiri surat, ‘Buat Naim ku sayang’. Dalam tidak sedar, Khairul menangis. Dia betul-betul sedih membaca surat-surat itu,bukan kerana Nisa yang dalam pemerhatiannya juga dirampas orang tetapi sedih bagi pihak Naim. Terngia-ngia di telinganya bacaan ayat 2 dan 3 surah As-Saf yang selalu dibaca oleh Naim ketika menjadi Imam Magrib. Mengenangkan maksud ayat-ayat tersebut yang secara ringkasnya membari maksud melarang orang beriman daripada memberi nasihat tentang apa yang mereka perbuatkan, Khairul terus menangis.

Dari luar surau, kelihatan Naim yang baru sahaja sampai di surau. Tanpa berfikir tentang benda lain, Naim terus memandang ke arah tempat penyimpanan ‘harta karun’nya itu. Terperanjat dia apabila mendapati Khairul sedang memegang ‘harta-harta karung’nya itu dan tanpa berfikir panjang,dia berlari ke arah Khairul. Sekali lagi dia melanggar prinsip yang diajar kepada orang-orang lain supaya menghormati rumah Allah, jangan berlari-lari di atasnya. Dia lupa bahawa dia pernah melarang kawan-kawannya yang bergurau di dalam rumah Allah, katanya bahawa berlari di atas rumah Allah seperti berlari di atas perut ibu sendiri yang sedang sarat mengandung. Entah benar,entah tidak.

Ditolaknya Khairul ketepi dan dirampasnya semua surat-surat yang dipegang oleh Khairul.

“Woi,ape ko buat ni?!!!”Marah Naim.

“Woi? Mana pergi bahasa mu wahai kawan?Mana pergi sopan santun mu wahai kawan?Mana pergi dirimu yang dulu wahai Naim?”Soal Khairul sambil mengesat air mata yang sedang mengalir.Naim terdiam.

“Rupanya,inilah masalah mu wahai kawan.Tiada ku sangka dirimu sedemikian,wahai kawan.Bagiku engkau lah model, engkaulah insan sempurna yang memancarkan sinar Islam ke sekolah ini.Kini kau sirna wahai kawan,kau mutiara yang kian sirna!”Marah Khairul.

“Ah,kau peduli ape!”Naim bersuara walaupun hatinya terkesan dengan kata-kata Khairul.

“Jujur aku tanya,kau couple Im?”Soal Khairul.

“Aku couple ke,aku tak couple ke,tu soal aku la.Dosa biar aku tanggung sendiri!Jangan risau la,aku takkan heret kau masuk neraka sama dengan aku!”Lantang sungguh Naim berbicara.Dia lupa di atas lantai rumah siapakah yang dia pijak sekarang.

Khairul berlalu dari tempat itu dengan penuh penyesalan. Ingin dia salahkan takdir kerana menemukan dia dengan seorang kawan yang hipokrit seperti Naim namun dia akur dengan qada’ dan qadar Ilahi.

Semasa mereka bekelahi sebentar tadi,mereka bukan berdua. Di balik tabir biru itu ada 3 pasang telinga yang mendengarnya secara tidak sengaja. 3 orang pelajar junior perempuan baru sahaja selesai mendirikan solat sunat Dhuha mendengar setiap butir perkataan yang keluar daripada mulut mereka berdua.

Malang si Naim. 3 orang pelajar itu bukanlah pelajar yang diam sifatnya. Dihebahkan berita Naim berpacaran ke setiap juzuk sekolah sehingga para cikgu pun tahu mengenainya. Ke mana sahaja Naim pergi,pasti ada mata-mata yang memandangnya dengan hujung-hujung mata dan sebaik sahaja Naim pergi, mulalah syaitan berpesta dengan dosa mengumpat. Bertambah malang bagi Naim,dia tidak tahu bahawa semua orang telah tahu dia berpacaran. Tazkirah yang seringkali ditunggu oleh semua pelajar kini dicemuh,dihina dan dikutuk oleh semua yang mendengarnya kecuali kekasih hatinya, Nisa.

Khairul, si sahabat setia ini tidak senang mendengar orang mengumpat sahabat sejatinya. Akhirnya dia berkeputusan untuk menyampaikan sendiri kepada Naim bahawa semua orang sedang mencelanya.

Im,senanye..Sume orang da taw ko couple..”Bicara Khairul secara perlahan.

“Hah?!” Terkejut Naim.Apa yang ditakutinya kini menjadi realiti.

“Ko bagitaw orang?!!!!”Soal Naim.

“Eh,tak..Aku pun tak taw macamana bley..”

“Ah!! Inilah kawan! Kawan makan kawan! Aku tau dari dulu lagi ko dengki ngan aku, ko dengki ngan jawatan aku dapat!Aku taw kau sengaja nak jatuhkan aku!”Naim memotong dengan lajunya,melebihi had laju yang sepatutnya.

“Demi Allah..”

“Jangan main dengan sumpah! Berani sebut nama Allah dalam wat dosa,dasar…”Sekali lagi Naim memotong,laju benar susun katanya.

“Aku menyesal bagitahu kau,aku ingat kau la kawan aku yang sejati rupa-rupa..”

“Rupa-rupa apa?!Musuh?!”Naim marah lagi.

“Na’am! Musuh Allah,musuh agama Allah! Ko nasihat orang jangan bercouple,jangan zina hati, jangan itu,jangan ini tapi dalam masa sama kau buat! Ko lupa ayat-ayat surah As-Saf yang ko selalu baca tyme jadi Imam? Ko lupa?! Meh aku ingatkan ko! Wahai orang beriman jangan kau melarang apa yang engkau kerjakan,s ungguh besar kemurkaan Allah pada engkau! Ya,pada engkau Naim!Allah memurkai mu dan layaknya aku membenci mu!” Balas Khairul dengan penuh perasaan kecewa.Lalu dia meninggalkan bilik dengan menarik tombol pintu dengan sekuat-kuatnya.

Keheningan dan kesunyian malam itu dipecahkan dengan dentuman pintu bilik khas, bilik Naim dan Khairul. Di sekolah itu mereka sahaja yang diberi keistimewaan untuk tinggal di bilik dan orang lain di dorm, memandangkan mereka ialah ketua dan penolong ketua pelajar di sekolah itu. Pelajar-pelajar senior yang mendengarnya keluar dengan berlari, hati mereka ingin benar mengetahui apa yang berlaku namun kelihatan hanya Khairul sedang berjalan menuju ke tandas. Berbeza pula dengan pelajar junior,mereka dengan lajunya menutup lampu dan berpura-pura tidur,bimbang nama mereka dipanggil untuk dijadikan ‘lauk’ para senior malam itu.

Kata-kata Khairul benar-benar menikam qalbu terus ke akal. Tersentak Naim buat seketika. Mimpi ngeri dalam hidupnya baru bermula. Tidak,dia baru sedar yang dia dalam mimpi ngeri. Tindakan segera wajib diambilnya jika tidak thiqahnya akan terus merudum jatuh menyembah bumi.Jika dia terus begini,tiada lagi ‘Abg Naim Si Budak Surau’ atau gelaran ‘Wali Naim’. Tiada lagi kesetiaan,tiada lagi kepatuhan dan tiada lagi insan yang akan menghormatinya menggunakan hati mereka. Apa yang ada hanya lakonan. Buah di luar, duri di dalam.

Dikuatkan hati,diringankan tangan untuk menulis surat terakhir buat kekasih hatinya. Tapi ternyata dia gagal. Semalaman dia tidak lena,pening memikirkan jalan penyelesaian yang pasti tiada jawapannya. Akibatnya,dia tertidur di dalam kelas.

“Naim,bangun!”Arah Cikgu Marlina, cikgu matematik tambahan yang terkenal dengan garang dan keceluparan mulutnya.

Naim terjaga dari lenanya dan terus berdiri.

“Apa dah jadi dengan awak ni?Dalam kelas tidur,luar kelas bercinta!”Marah Cikgu Marlina.

Awan hitam kini melitupi Naim,dia merasa tersangat malu. Bukan arang yang diconteng ke mukanya sekarang tetapi najis,najis manusia,manusia yang bernama Naim, najisnya sendiri. Tiada kata dapat dibalas, dia hanya tunduk terdiam.

Naim bijak dalam beragama tapi dia gagal dalam berpolitik.Dia tidak sedar akan tindakan untuk tunduk dan diam itu bukanlah satu tindakan yang betul dalam berpolitik. Tindakannya itu sepeti dia mengakui kesalahannya dan dalam erti kata lain,dia mengakui bahawa dia sedang bercinta.

Marah Cikgu Marlina tadi bukan sahaja menampar Naim tapi terbias juga kepada pasangannya, Nisa. Nisa tunduk,akur dengan kesilapannya. Kini,dia sedar bahawa dia telah menarik Naim ke lembah kebinasaan. Surat pertamanya,surat tanda terima kasih itu merupakan surat jemputan ke neraka. Dia sudah sedar segala-galanya. Surat,hadiah dan fatwa-fatwa Naim itu merupakan alatan-alatan yang dibuat oleh syaitan. Nampak seperti sesuai dengan syarak tapi penuh dengan unsur kemaksiatan, tidak dapat dilihat oleh mata kasar,hanya mata hati dapat mengesannya.



Cara yang terbaik untuk Nisa sekarang,menulis surat terakhir,surat tanda perpisahan, surat yang akan meniupkan kembali segala kebaikan dan menutup segala keburukan. Dengan nekad yang kuat di dalam hati,keyakinan yang tinggi terhadap Islam,Nisa memegang pen merah jambu kesayangannya dan mula menulis.

Salam sayang,

Sudah hampir 5 bulan kita bercouple,

Ayang percaya yang sayang sudah tahu isi hati ayang,

Ayang benar-benar menyintai sayang..

Sepenuh jiwa dan raga ayang..

Namun,ayang sedar satu benda,benda yang mungkin buat kita menangis,

Dalam kita asyik mengejar cinta Ilahi bersama-sama,kita telah balutinya dengan cinta yang penuh dengan kepalsuan.Cinta manusia yang tidak mempunyai dasar yang kukuh.Kita selesakan diri kita dengan menyatakan cinta kita berdasarkan iman tapi dengan iman itu kita melakukan maksiat.Benar kita tidak pernah berjumpa,berdating seperti remaja lain tapi maksiat bukan itu sahaja.

Ayang yakin dengan kata-kata sayang bahawa tiada hadis yang menyatakan zina hati tapi ayang baru perasan bahwa ayat la taqrabu zina itu menggunakan fail qaraba yakni perbuatan mendekatkan dengan hati.Maknanya,dengan hati pun tidak boleh dekati zina.

Ayang bukanlah membuat fatwa atau apa-apa ajaran tetapi itulah yang ayang percaya.Tindakan kita ini tidak lain tidak bukan,membersihkan najis dengan air kencing sendiri.Najis tidak bersih tetapi bertambah kotor,mengalir dan terus mengalir mengotori semua tempat.

Sayang..Ayang percaya pada jodoh.Jika kita dijodohkan bersama,Insya Allah,kita akan bersama.Tidak perlu bercouple atau berkenalan,jika Allah nak kita bersama,insya Allah kita bersama.

Percayalah,itu hak Allah.Dia boleh buat apa yang dia suka.Dia yang menghidupkan Isa tanpa bapa,menyejukkan api yang membakar nabi Ibrahim,memutuskan air penghalang nabi Musa dan menghidupkan Sam bin Nuh buat nabi Isa.Jika semua perkara ganjil itu Allah yang buat,apatah lagi soal jodoh yang merupakan soal kebiasaan.

Semoga apa yang kita bina selama ini diampuni Allah.

Ukhwah Fillah.

Nisa

Tertitis setitik dua air matanya di atas surat itu tapi cepat-cepat dilapkan supaya tulisan tidak hilang.Sengaja dia tidak mengambil kertas baru dan menulisnya kembali supaya Naim faham isyarat yang cuba diberinya.Hati Nisa tidak mahu tapi disebabkan imannya, agama didahulukan. Kemahuan ditolak ketepi walaupun perit menolaknya.

Surat keramat diletakkan di atas meja Naim, kali ini tiada lagi air laici dan tiada lagi choki-choki,surat semata-mata. Naim membacanya dan dia telah bersedia dengan keadaan ini. Tiada lagi air mata,tiada lagi tangisan tiada lagi kedukaan. Kisah cintanya jelas bukanlah cinta yang menghasilkan CINTA tapi cinta yang berpaksikan maksiat semata-mata.

Tangannya pantas mencari kertas dan pen untuk membalas surat terakhir ini.Tengah dia berfikir ayat-ayat cinta terakhir, hidayah Tuhan sampai. Cahaya yang akan menghilangkan segala titik hitam yang bertapak di permukaan hatinya.Cahaya yang akan membaca cinta ini kepada CINTA.

Dengan penuh yakin,dia mengoyak kertas yang ditulisnya tadi. Dia yakin,jika dia menulis surat balas,syaitan akan mencelah dan mengambil peluang lagi ke atasnya. Biarlah surat ini bergantung sebegini supaya dapat disambung di akhirat nanti.